BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sel terdiri dari organel-organel
sel yang masing-masing memiliki tugas khusus. Salah satu organel sel yang
memiliki tugas yang tak kalah penting tersebut adalah Dinding sel. Dinding sel
merupakan sebuah membran yang terbentuk pada bagian luar dari membran sel yang
berperan sangat penting dalam membentuk struktur sel yang kaku, memberi
kekuatan dan perlindungan kepada sel terhadap tekanan mekanik.
Dinding sel adalah struktur di luar membran
plasma yang membatasi ruang bagi sel untuk membesar. Dinding sel merupakan ciri
khas yang dimiliki tumbuhan, bakteri, fungi (jamur), dan alga, meskipun
struktur penyusun dan kelengkapannya berbeda. Hewan dan protista kebanyakan
tidak memiliki dinding sel.
B.
Tujuan
1.
Mengetahui
Apa Saja Komposisi Dinding sel
2.
Mengetahui
Komposisi dinding sel gram positif dan negatif
3.
Memahami
Pewarna gram itu apa?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinding Sel
Dinding
Sel adalah struktur di luar membran plasma yang membatasi ruang bagi sel untuk
membesar.(Campbell,2008) Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa dinding sel
terdiri atas dinding primer dan dinding sekunder, diantara dinding primer dari
suatu sel dengan dinding primer dari sel tetangganya, terdapat lamella tengah.
Lamella tengah merupakan perekat yang mengikat sel-sel secara bersama-sama
untuk membentuk jaringan dan oleh sebab itu dijumpai diantara dinding sel-sel
primer yang berdekatan.
a. Komponen dinding sel tumbuhan
Komponen utama dinding sel tumbuhan adalah polisakarida
yang terdiri atas tiga tipe utama
yaitu Selulosa, Hemiselulosa, Polisakarida pektat.
1.
Selulosa
Selulosa adalah
polimer glukosa yang berbentuk rantai linier dan dihubungkan oleh ikatan β-1,4
glikosidik. Rantai selulosa terdiri dari satuan glukosa yang saling berikatan
melalui atom karbon pertama dan ke empat. Ikatan yang terjadi adalah ikatan
ß-1,4-glikosidik. Struktur yang linier menyebabkan selulosa bersifat kristalin
dan tidak mudah larut. Selulosa merupakan polisakarida struktural yang
berfungsi untuk memberikan perlindungan, bentuk, dan penyangga terhadap sel,
dan jaringan. Selulosa pada kayu kurang lebih 48% dari berat keringnya,
sedangkan pada kapas kurang lebih 98%. Satu molekul selulosa terdiri atas
8.000-15.000 unit glukosa. Dalam satu mikrofibril, setiap rantai glukosa
membentuk ikatan hidrogen dengan rantai glukosa yang ada didekatnya sehingga
secara struktural mikrofibril menjadi lebih stabil. (Sumadi,2007)
2. Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan merupakan heteropolisakarida
yang mengandung berbagai gula, terutama pentose. Hemiselulosa umumnya terdiri dari
dua atau lebih residu pentose yang berbeda. Komposisi polimer hemiselulosa
sering mengandung asam uronat sehingga
mempunyai sifat asam. Fungsi hemiselulosa adalah sebagai pelapis atau
pembungkus mikrofibril selulosa, yang bertindak sebagai substansi
perekat. (Sumadi,2007)
Hemiselulosa relatif lebih mudah dihidrolisis dengan
asam menjadi monomer yang mengandung glukosa, mannosa, galaktosa, xilosa dan
arabinosa. Hemiselulosa mengikat lembaran serat selulosa membentuk mikrofibril
yang meningkatkan stabilitas dinding sel. Hemiselulosa juga berikatan silang
dengan lignin membentuk jaringan kompleks dan memberikan struktur yang kuat
(Suparjo, 2000).
3. Pektin
Pektin merupakan polisakarida
penguat tekstur dalam sel tanaman yang terdapat diantara selulosa dan
hemiselulosa. Bersama-sama selulosa dan hemiselulosa membentuk jaringan dan
memperkuat dinding sel tanaman. adalah polisakarida kompleks dan memiliki
struktur yang sangat bervariasi. Senyawa senyawa pektin ini juga merupakan
perekat antara Kandungan metoksil pada rantai utama molekul pektin bervariasi,
tergantung pada sumber pektinnya. Kandungan metoksil pektin mempengaruhi
kelarutan pektin dalam air karena gugus metoksil ini dapat mencegah pengendapan
dari rumus rantai poligalakturonat maka semakin banyak gugus metoksil, pektin
akan lebih mudah larut dalam air.(Prasetyowati.2009)
Satu ciri utama yang
dimilikinya adalah adanya gugus asam yang disebabkan oleh adanya residu asam
glukoronat dan galaktoronat. Strukturnya sangat bercabang,
bersifat asam, mengandung gugusan karboksil, dan bermuatan negative pada
pH fisilogik. (Sumadi,2007)
4. Protein Struktural
Dinding sel tumbuhan juga mengandung
komponen-komponen non polisakarida, yaitu berupa protein. Protein dapat
diisolasi dari dinding primer. Protein sangat kaya akan hidroksiprolin yaitu
sekitar 25%. Diduga bahwa, fungsi dari protein tersebut adalah dalam
pengorganisasian dinding sel.
5. Lignin dan Kitin
Lignin adalah suatu polimer yang kompleks dengan
berat molekul tinggi, tersusun atas unit-unit fenilpropan. Meskipun tersusun
atas karbon, hidrogen dan oksigen, lignin bukanlah suatu karbohidrat dan bahkan
tidak ada hubungan dengan golongan senyawa tersebut, akan tetapi lignin pada
dasarnya adalah suatu fenol. Lignin sangat stabil dan sukar dipisahkan dan mempunyai
bentuk yang bermacam-macam, karenanya susunan lignin yang pasti di dalam kayu
tetap tidak menentu (Nofriadi,2009)
Dalam dinding sel,
lignin sangat erat hubungannya dengan selulosa dan berfungsi untuk memberikan
ketegaran pada sel, berpengaruh dalam memperkecil perubahan dimensi sehubungan
dengan perubahan kandungan air kayu dan lignin dapat mempertinggi ketahanan
kayu terhadap serangan, lignin bersifat hidrofobik sehingga tahan
terhadap air sehingga dinding sel tidak tembus air. (Coniwanti,2015) Lignin
biasanya mengisi dinding sekunder dan menyebabkan dinding menjadi
kaku. Lignin dapat dijumpai baik pada dinding primer maupun sekunder,
sering hidropobik, kaku dan tahan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.
Kitin adalah polimer
linier yang tersusun oleh monomer β-1,4-N-asetil-D-glukosamin(GlcNac) dan
termasuk golongan polisakarida. Kitin memiliki kandungan nitrogen sebesar 6,98%
sehingga dapat digunakan sebagai agen pengkelat. Kitin pada
rantai polimer N-asetil- glukosamin memiliki
ikatan hidrogen antara gugus NH dari satu rantai dan gugus C=O dari rantai yang
berdekatan sehingga membentuk mikrofibril, memiliki struktur yang rigid dan tidak dapat larut dalam
air. Kitin biasanya sebagai penutup permukaan sel dan berfungsi agar permukaan
sel resisten terhadap dehidrasi dan bertindak sebagai pelindung pathogen adanya
luka patogen. (Sumadi,2007).
6. Mikrofibril
Mikrofibril-mikrofibril
saling berkelompok membentuk mikrofibril dengan diameter ± 0,5 dan tampak
dengan mikroskop cahaya (Thorpe, 1984). Di dalam dinding sel, mikrofibril
dilapisi oleh hemiselulosa yang selanjutnya dihubungkan ke hemiselulosa lain
oleh pektin dan polisakarida lain (Albert et al., 1983).
b.
Komponen Dinding Sel Bakteri
Komponen dinding sel
bakteri terdiri atas peptidoglikan, asam- asam
teichoat, dan asam teichuronat.
1. Peptidoglikan
Peptidoglikan, yaitu
suatu polimer N-glikosamin terasilasi dengan rantai peptida. Terdiri atas
unit-unit N-asetilglukosamin dan N asetilmuramat secara bergantian.
Peptidoglikan berfungsi, yaitu (i) mencegah lisis sel di dalam media hipotonis,
(ii) menyebabkan sel kaku dan memberi bentuk kepada sel.
2. Asam Teichoat
Asam teichoat adalah
kelompok polimer poliofosfat, terdapat di dalam dinding sel dan juga pada
membran sitoplasma. Asam teichoat di dalam dinding sel kurang lebih 20- 50%
berat kering dinding sel. Asam teichoat berperan untuk mengikat Mg dari
lingkungan untuk digunakan dalam reaksi- reaksi metabolisme sel.
3. Asam Teichuronat
Polimer lain dari karbohidrat yang dijumpai pada setiap bakteri adalah
asam teikuronat yang terikat secara kovalen pada peptidoglikan dan kedua asam
tersebut dapat dipisahkan dari peptidoglikan dengan carahidrolisis.
Asam Teichoat dan asam Teichuronat terikat secara kovalen ke peptidoglikan.
c.
Komponen Dinding Sel Bakteri garm positif dan
gram negatif
1.
Dinding Sel Bakteri gram positif
Dinding bakteri gram positif mengandung asam
teichoat, yaitu suatu kelompok polimer poliofosfat. Kadang-kadang komponen
tersebut dijumpai baik pada dinding sel maupun pada membrane sel.
Dinding sel bakteri gram positive lebih homogen.
Tebal dinding bervariasi antara10-80 nm, tergantung spesies bakterinya. Selain
peptidoglikan, juga terdapat poliskarida lain dan asam-asam teichoat. Umumnya
molekul asam teichoat terikat secara kovalen pada peptidoglikan (Smith &
Wood, 1992)
2. Dinding Sel Bakteri Gram Negatif
Dinding bakteri gram negatif mengandung
peptidoglikan kurang lebih 1% dan memiliki struktur yang lebih kompleks,
Membran sebelah luarnya terdiri atas lipida amfifatik, lipopolisakarida, dan
protein. Lipopolisakarida adalah suatu kompleks lipida tempat melekatnya rantai
polisakarida yang panjang.
Membran luar mengandung protein, terutama protein
porin yang berperan sebagai jalur pengangkutan dan sekaligus sebagai perintang
bagi molekul-molekul yang mampu melewati membrane sebelah luar. Membran luar
menutupi lapisan peptidoglikan melalui murein lipoprotein. Karboksil terminal
dari protein terikat secara kovalen pada peptidoglikan.
B. Tahap-tahap Sintesis Peptidoglikan
Sintesis peptidoglikan merupakan
proses multistep yang berhasil dipelajari dengan baik pada bakteri Gram
Positif. Dua buah protein carrier terlibat antara lain: uridin difosfat (UDP)
dan Baktoprenol. Baktoprenol merupakan alkohol yang memiliki panjang rantai
karbon sebanyak 55 atom C karbon yang melekat pada NAM melalui sebuah gugus
pirofosfat dan memindahkan komponen peptidoglikan melewati membran hidrofobik.
Secara keseluruhan proses sintesis peptidolikan melibatkan delapan tahapan,
yang antara lain adalah :
1. Derivate UDP pada
asam N-asetilglukosamin dan asam N-asetilmuramat disintesis di dalam
sitoplasma.
2. Asam amino secara
berurutan ditambahkan ke UDP-NAM untuk membentuk rantai pentapeptida (dua ujung
D-alanin ditambahkan sebagai sebuah dipeptida).
3. NAM-pentapeptida
ditransfer dari UDP ke sebuah baktoprenol fosfat pada permukaan membran.
4.UDP-NAG menambahkan
NAG ke NAM-pentapeptida untuk membentuk unit peptidoglikan yang berulang. Jika
sebuah jembatran interpeptida pentaglisin diperlukan, glisin akan ditambahkan
dengan menggunakan molekul tRNA glisil yang khusus, bukanyang sam seperti
ribosom.
5.Unit berulang
peptidoglikan NAM-NAG yang sudah lengkap kemudian ditransportasikan melalui
membran ke permukaan sebelah luarnya dengan carrier baktoprenol pirofosfat.
6. Unit peptidoglikan
kemudian dilekatkan pada ujung rantai peptidoglikan yang sedang tumbuh untuk
memperpanjang dengan satu unit peptidoglikan yang berulang.
7.Carrier baktoprenol
kembali ke dalam membran. Sebuah fosfat kemudian dilepaskan selama proses ini
untuk memberikan fosfat pada baktoprenol, yang nantinya akan mampu menerima
NAM-pentapeptida yang lain.
8. Akhirnya, hubungan
silang peptida antara dua peptidoglikan terbentuk melalui transpeptidasi. ATP
digunakan untuk membentuk ujung ikatan peptida di dalam membran. Tidak ada lagi
ATP yang diperlukan ketika transpeptidasi terjadi di luar. Proses yang sama
terjadi ketika sebuah jembatan dilibatkan hanya gugus yang bereaksi dengan sub
terminal D-alanin yang membedakan.
Sintesis peptidoglikan pada dasarnya
sangat mudah untuk rusak oleh agen-agen antimikrobial. Penghambatan dalam
tahapan sintesis melemahkan dinding sel bisa berakhir pada lisis osmotik.
Banyak antibiotik yang mengganggu sintesis peptidoglikan. Sebagai contohnya
penicillin menghambat reaksi transpeptidasi dan bacitracin menutup atau
menghentikan fosforilasi pada baktoprenol pirofosfat.
C. Pewarnaan Gram
adalah prosedur pewarnaan
diferensial yang dapat membedakan jenis bakteri berdasarkan reaksi yang timbul
pada struktur dinding sel selama prosedur pewarnaan.Pewarnaan Gram dapat
bermanfaat untuk mengidentifikasi spesies bakteri pada berbagai penyakit
infeksi seperti pneumonia, tonsilitis bakterial, meningitis, dan gonorrhea.
Contoh obat
Sefalosporin generasi I, II, III,
dan IV efektif dalam mengobati infeksi bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif. Contoh obat sefalosporin generasi II adalah:
- Cefuroxime
Bentuk obat: suntik
Merek dagang: Anbacim, Celocid, Oxtercid, Sharox, Situroxime, Zinnat.
- Cefprozil
Bentuk obat: tablet, sirop kering
Merek dagang: Lizor
- Cefaclor
Bentuk obat: tablet, kapsul, sirop kering
Merek dagang: Capabiotic, Cloracef, Forifek, Medikoncef.
D. Mekanisme
pewranaan gram
Mekanisme
ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel bakteri garm negative dan gram
positif serta bagaimana reaksinya terhadap beragam reagen (substansi yang
digunakan untuk menghasilkan reaksi kimia). Kristal violet, pewarna utama, mewarnai ungu baik bakteri gram positif
dan gram negative dikarenakan pewarna ini memasuki sitoplasma kedua tipe sel
ini. Ketika Iodin (Mordant) di
aplikasikan, menyebabkan krital violet-iodin sulit melewati dinding sel.
Aplikasi alcohol dapat mendehidrasi peptidoglikan sel gram positif sehingga menyebabkan
impermeable terhadap kristal violet-iodin. Sedangkan pengaruh bagi sel gram
negative berbeda, dimana alcohol melarutkan membrane luar sel gram negative dan
menghasilkan lubang kecil pada lapisan tipis peptidoglikan sehingga kristal violet-iodin
menyebar/ keluar. Karena bakteri gram negative kehilangan warna setelah
pencucuian dengan alcohol, penambahan safranin menjadikan sel merah muda. Safranin memberikan warna kontras terhadap pewarna
utama (kristal violet). Walaupun sel gram positif dan gram negative dapat
menyerap safranin, warnah merah muda safranin tertutupi oleh ungu gelap yang
diserap sebelumnya oleh bakteri gram positif.
Dalam banyak populasi sel, beberapa sel gram
positif terkadang menujukkan sifat gram negative. Biasanya pada sel gram
positif yang telah mati. Namun, beberapa genera sel gram positif yang
menunjukkan peningkatan karakter sel gram negative sama dengan usia
kultur. Bacillus dan Clostridium sebagai
contoh dapat dideskripsikan sebagi gram
variable.
E. ACID-FAST dinding sel
Bakteri ini mengandung konsentrasi tinggi
(60%) lipid lilin hidrofobik (Mycolic
acid) pada dinding selnya yang mencegahnya dari pewarnaan termasuk
pewarnaan gram. Asam mikolat ini terbentuk di lapisan luar dari lapisan tipis
peptidoglikan. Asam mikolat dan peptidoglikan bergabung bersama oleh
polisakarida. Dinding sel lilin hidrofobik ini menjadikan kultur mikobakteria membentuk
gumpalan dan melekat kuat pada petri dish.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dinding sel tumbuhan memiliki komponen
yaitu diantaranya selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin, kutin dan miofibril.
Yang mana masing-masing komponen mamiliki perannya masing-masing. Dinding sel
tumbuhan terdiri dari tiga lapisan yaitu lamella tengah, dindin primer dan
sekunder, serta pertumbuhan dinding sel, ada dua proses yang terlibat, yaitu
pembelahan sel dan pemanjangan sel. Pembelahan sel berlangsung pada jaringan
meristematis.
Dinding sel pada bakteri
berfungsi sebagai pelindung dan pemberi bentuk bakteri. Dinding sel bakteri
tersusun dari peptidoglikan, yaitu gabungan protein dan polisakarida. Pada
bagian paling luar sebuah sel bakteri dapat dijumpai adanya kapsul atau lapisan
lender, sebelah dalam kapsul dijumpai dinding sel. Sebelah dalam dinding sel
dijumpai membrane plasma. Komponen dinding sel bakteri gram positif dan gram
negatif.
mengenai sintesis peptidoglikan
dapat disimpulkan bahwa sintesis peptidoglikan merupakan proses multistep yang
berhasil dipelajari dengan baik pada bakteri Gram Positif. Dua buah protein
carrier terlibat antara lain: uridin difosfat (UDP) dan Baktoprenol.
Baktoprenol merupakan alkohol yang memiliki panjang rantai karbon sebanyak 55
atom C karbon yang melekat pada NAM melalui sebuah gugus pirofosfat dan
memindahkan komponen peptidoglikan melewati membran hidrofobik.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2008. Dinding Sel. Available online at: https://www.scribd.com/doc/20535810/DINDING-SEL-Adnan-UNM. Universitas Negeri Makassar. (diakses 29
Desember 2020)
Sumadi, Aditiya
Marianti.2007. Biologi Sel.Graha Ilmu: Semarang.
0 Komentar