Subscribe Us

Header Ads

Patogenesis Mikroorganisme

 


Bakteri merupakan salah satu makhluk hidup yang jumlahnya banyak disekitar kita. Bakteri pun berada di mana-mana. Di tempat yang paling dekat dengan kita pun juga terdapat bakteri contohnya saja tas, buku, pakaian, dan banyak hal lainnya. Maka dari itu bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup sering terjadi. Karena banyaknya manusia yang mengabaikan penyakit tersebut karena terkadang gejala awal yang diberikan ada gelaja awal yang biasa saja. Maka dari itu alangkah baiknya jika kita masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara bakteri itu menginfeksi dan gejala-gejala apa yang akan dberikannya.

Banyaknya manusia yang mulai tidak begitu peduli dengan gejala awal terjangkitnya bakteri salah satunya adalah pada saluran pencernaan. Saluran pencernaan adalah saluran yang sangat berperan dalam tubuh. Jika saluran pencernaan terganggu akan cukup mengganggu aktivitas tubuh saat itu. Tapi banyak masyarakat yang tidak peduli dengan penyakit yang ditimbulkan. Misalnya saja penyakit yang dapat ditimbulkan oleh bakteri ada diare, gejala awalnya ada kondisi perut yang tidak enak gejala awalnya cukup biasa tetapi jika terlalu didiamkan akan membuat kondisi itu menjadi akut dan fatal. Maka dari itu, bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup banyak pada saat ini.

Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian kecil saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organisme atau mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada organism lain. Kemampuan pathogen untuk menyebabkan penyakit disebut dengan patogenisitas. Dan patogenesis disini adalah mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan penyakit. Menurut Kusnadi (2003), suatu mikroorganisme yang membuat kerusakan atau kerugian terhadap tubuh inang disebut pathogen sedangkan kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit disebut pathogenesis. Menurut Uderwood (1999), patogenesis adalah suatu ekanisme bagaimana suatu penyebab penyakit bekerja sehingga menghasilkan tanda dan gejala klinis. Patogen adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Sebutan lain dari patogen adalah mikroorganisme parasit. Umumnya istilah ini diberikan untuk agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau tumbuhan multiseluler (Warren, 2008). Patogenesitas adalah kemampuan pathogen menyebabkan penyakit (Agrios, 1996).


A.    Hubungan Mikroba dan Host

Interaksi mikroba dengan inang yang lebih besar disebut dengan host. Host menyediakan lingkungan yang stabil (T, pH, tekanan osmosis, kelembapan dll) dan nutrisi yang cukup bagi kehidupan mikroorganisme. Interaksi terjadi ketika mikroorganisme dan host saling berdekatan. Seberapa dekatnya, sehingga bisa disebut telah terjadi interaksi antara mikrorganisme dengan lingkungannya?Contoh : limbah manusia dan mikroba limbah manusia merupakan sumber nutrisi bagi kehidupan mikroba. Aktivitas mikroba dalam mendegradasi sampah akan membantu proses peruraian limbah di lingkungan.vAgar terjadi interaksi : m.o harus dekat dengan host dan terjadi kontak untuk periode tertentu.

B.    Pergerakan Mikroba dan Host

Mikroorganisme seperti halnya organisme lain yang berada dalam lingkungan yang komplek senantiasa berhubungan baik dengan pengaruh faktor abiotik dan pengaruh faktor biotik. Sedikit sekali di alam ada suatu jenis mikroorganisme yang hidup secara individual. Sekalipun suatu biakan mikroorganisme murni yang tumbuh dalam suatu medium, tetap akan beruhubungan dengan pengaruh faktor lingkungan secara terbatas. Mikroorganisme umumnya hidup dalam bentuk asosiasi membentuk suatu konsorsium laksana suatu “Orkestra” yang satu dengan lainnya bekerja sama. Hubungan mikroorganisme dapat terjadi baik dengan sesama mikroorganisme, dengan hewan dan dengan tumbuhan. Hubungan ini membentuk suatu pola interaksi yang spesifik yang dikenal dengan simbiosis.

Interaksi antar mikroorganisme yang menempati suatu habitat yang sama akan memberikan pengaruh positif, saling menguntungkan dan pengaruh negatif; saling merugikan dan netral; tidak ada pengaruh yang berarti. Interaksi yang “netral” sebenarnya jarang terjadi hanya dapat terjadi dalam keadaan dorman seperti endospora.

Interaksi antar mikroba dibagi menjadi 5 tipe, yaitu:

1.     Netralisme

Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling mempengaruhi dan terjadi pada kepadatan populasi yang sangat rendah atau secara fisik dipisahkan dalam mikrohabitat. Netralisme terjadi pada keadaan mikroba tidak aktif, misal dalam keadaan kering beku, atau fase istirahat (spora, kista). Contoh: interaksi antara mikroba allocthonous (nonindigenous) dengan mikroba autocthonous (indigenous).

Adapun contoh lainnya yaitu terdapat pada siklus nitrogen. Siklus tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

 

Gambar 1. Siklus nitrogen

pada siklus nitrogen simbiosis sinergisme yang terjadi yaitu dalam siklus nitrogen diatas dapat terlihat bahwa banya berbagai jenis bakteri yang sangat berperan dalam siklus nitrogen diantaranya yaitu adalah : Nitrobacter dan Nitrosomonas. diantara bakteri tersebut mereka saling membantu satu sama lain untuk menghasilkan suatu produk yang besar yakni nitrogen yang akan digunakan oleh tumbuhan. 

 

2.     Mutualisme

Interaksi antar mikroorganisme dapat saling menguntungkan, interaksi semacam ini disebut mutualisme. Hubungan interaksi mutualisme dapat terjadi antar mikroorganisme yang berkerjasama dalam proses metabolisme. Biasanya satu jenis mikroorganisme menyediakan nutrisi bagi mikroorganisme lain begitupula sebaliknya.

Contohnya: Streptococcus faecalis dan Lactobacillus arabinosis yang bisanya tidak dapat tumbuh pada medium tanpa glukosa. S. faecalis membutuhkan asam folat yang dihasilkan oleh L. arabinosus sebaliknya L. arabinosus membutuhkan fenilalanin yang dihasilkan oleh S. faecalis. Ketika kedua baiakan mikroorganisme ditumbuhkan dalam medium yangsama, maka mereka mendapatkan nutrisi yang lengkap.

Contoh lain antara bakteri Escherichia coli dan Proteus vulgaris, dimana E.coli menghidroslisis laktosa bagi Proteus vulgaris, sementara itu P. vulgaris menguraikan urea yang melepaskan sumber Nitrogen bagi pertumbuhan E.coli

.

3.     Sinergisme

Asosiasi melibatkan 2 populasi atau lebih dalam keperluan nutrisi bersama, maka disebut sintropisme yang sangat penting dalam peruraian bahan organik tanah, atau proses pembersihan air secara alami. Contoh: Sinergisme Streptococcus faecalis dan E.Coli dan memproduksi arginin menjadi putresin.

Arginin -------------à Ornitin

S. faecalis                                   E. coli

Putresin

 

Contoh lainnya yaitu metana yang dihasilkan dalam sedimen danau dan teluk oleh aksi methanogen. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar diawah ini:

Gambar 2. Methanotrof mengoksidasi metana di udara kepermukaan air.

 

4. Komensalisme

Interaksi antara mikroorganisme dengan organisme lain dimana satu jenis dapat diuntungkan dan jenis lain tidak dirugikan, hubungan interaksi semacam ini disebut komensalisme atau metabiosis. Interaksi bentuk komensalisme antar mikroorganisme biasanya berhubungan dalam proses metabolisme, satu jenis mikroorganisme memberikan kondisi yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme lain.

Sebagai contoh dalam saluran pencernaan manusia mikroorganisme anaerob obligat merupakan mikroorganisme yang berlimpah dan tumbuh dengan optimal. Bakteri asam asetat dan khamir terjadi hubungan komensalisme selama proses fermentasi asam asetat, dimana sel khamir menyediakan substrat alkohol bagi pertumbuhan bakteri asam asetat.

Gambar 3 Zona danau/kolam dengan beberapa mikroorganisme representatif disetiap zona.

 

Mikroba akan mengisi niche yang bervariasi dalam hal cahaya, nutrisi dan ketersediaan oksigen.

 

5.     Antagonisme

Hubungan antara mikroorganisme dengan organisme lain yang saling menekan pertumbuhannya disebut antagonisme. Bentuk interaksi ini merupakan suatu hubungan asosial. Biasanya Spesies yang satu menghasilkan suatu senyawa kimia yang dapat meracuni spesies lain yang menyebabkan pertumbuhan spesies lain tersebut terganggu. Senyawa kimia yang dihasilkan dapat berupa sekret atau metabolit sekunder.

Contoh dari antagonisme antara lain Streptococcus lactis dengan Bacillus subtilis. Pertumbuhan B. subtilis akan terhambat karena asam laktat yang dihasilkan oleh S. lactis. Interaksi antagonisme disebut juga antibiois.

Bentuk lain dari interaksi antagonisme di alam dapat berupa kompetisi, parasitisme, amensalaisme dan predasi. Biasanya bentuk interaksi ini muncul karena ada beberapa jenis miktororganisme yang menempati ruang dan waktu yang sama, sehingga mereka harus memperebutkan nutrisi untuk tetap dapat tumbuh dan berkembangbiak. Akhirnya dari interaksi semacam ini memberikan efek beberapa mikroorganisme tumbuh dengan optimal, sementara mikroorganisme lain tertekan pertumbuhannnya.

a.     Kompetisi

Hubungan negatif antara 2 populasi mikroba yang keduanya mengalami kerugian yang ditandai dengan menurunnya sel hidup dan pertumbuhannya. Kompetisi terjadi pada 2 populasi mikroba yang menggunakan nutrien/makanan yang sama, atau dalam keadaan nutrien terbatas. Contoh: antara protozoa Paramaecium caudatum dengan Paramaecium aurelia.

Gambar 4 Interaksi antar mikroba pada limbah

 

b.      Amensalisme

Asosiasi antar spesies yang menyebabkan salah satu pihak dirugikan, pihak lain diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun. Umumnya merupakan cara untuk melindungi diri terhadap populasi mikroba lain, misalnya dengan menghasilkan senyawa asam, toksin, atau antibiotika. Contoh: bakteri Acetobacter yang mengubah etanol menjadi asam asetat. Asam tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.

c.     Predatorisme

Hubungan predasi terjadi apabila satu organisme predator memangsa atau memakan dan mencerna organisme lain(Prey). Umumnya predator berukuran lebih besar dibandingkan prey, dan peristiwanya berlangsung cepat Contohnya adalah Protozoa (predator) dengan bakteri (prey). Protozoa Didinium nasutum (predator) dengan Paramaecium caudatum (prey).

Gambar 5. Makrofag yang menelan bakteri berbentuk batang setelah fase awal menginfeksi

d.     Parasitisme

Terjadi antara dua populasi, satu diuntungkan (parasit) dan populasi lain dirugikan (host/inang). Terjadi karena keperluan nutrisi dan bersifat spesifik, ukuran parasit biasanya lebih kecil dari Inangnya dan memerlukan kontak secara fisik maupun metabolik serta waktu kontak yang relatif lama. Contoh: Jamur Trichoderma sp. Memparasit jamur Agaricus sp.

 

Gambar 6. Parasit pada buah anggur

 

C.    Penyakit Infeksi Secara Alami

Penyakit infeksi adalah penyakit atau kondisi kesehatan yang disebabkan oleh serangan mikroorganisme, termasuk bakteri, virus, fungi (jamur), atau parasit. Di dalam tubuh manusia yang sehat, sebenarnya terdapat mikroorganisme, seperti bakteri dan parasit di dalam mulut atau usus. Mikroorganisme alami dalam jumlah tertentu biasanya tidak dianggap sebagai infeksi dan justru bermanfaat untuk kesehatan tubuh.

Masalah muncul ketika mikroorganisme menyebabkan penyakit dan bisa menularkan ke orang lain. Inilah yang kemudian disebut dengan infeksi.

Infeksi yang terjadi dalam tubuh dapat bersifat lokal (hanya pada bagian tertentu) atau menyebar melalui darah sehingga menjadi bersifat sistemik (memengaruhi seluruh tubuh).

1.     Jenis-jenis penyakit infeksi

Sangat penting bagi Anda untuk membedakan penyakit infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit. Hal itu dapat berguna untuk menentukan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

a.     Infeksi bakteri

Infeksi bakteri terjadi karena bakteri tertentu yang berkembang biak di dalam tubuh dan menimbulkan gangguan. Bakteri adalah sel tunggal yang kompleks. Bakteri dapat bertahan hidup sendiri (tanpa inang), di dalam atau di luar tubuh.

Kebanyakan bakteri sebenarnya tidak berbahaya. Bahkan, kita memiliki banyak bakteri di dalam tubuh kita, terutama di usus untuk membantu mencerna makanan.Beberapa penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain infeksi saluran kencing (ISK), tetanusTBC (tuberkulosis), dan tifus.

b.     Infeksi virus

Sementara itu, virus berukuran lebih kecil dan bukan merupakan sel. Tidak seperti bakteri, virus membutuhkan inang atau rumah, seperti manusia atau hewan, agar dapat berkembang biak.

Virus bisa menyebabkan penyakit infeksi dengan cara masuk dan berkembang biak di dalam sel-sel sehat inangnya. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan infeksi virus adalah cacarinfluenzarabies, serta HIV/AIDS.

c.     Infeksi parasit

Parasit merupakan mikroorganisme yang hidup dengan cara bergantung pada organisme lain, yang disebut dengan host atau inang.

Beberapa jenis parasit masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan serangga, makanan, minuman, atau menginjak tanah dan air yang terkontaminasi. Malaria dan cacingan adalah beberapa contoh infeksi parasit.

d.     Infeksi jamur

Jamur juga bisa menjadi penyebab penyakit infeksi. Biasanya, jamur banyak ditemukan di air, tanah, tanaman, atau udara. Beberapa juga hidup secara alami di dalam tubuh manusia, tapi tidak berbahaya. Beberapa infeksi jamur yang kerap terjadi seperti candidiasis dan kutu air.

Seberapa umumkah penyakit infeksi?

Penyakit infeksi adalah kondisi yang sangat umum terjadi pada pasien usia berapa saja. Namun, ada beberapa orang yang lebih berisiko terkena infeksi, misalnya orang dengan penyakit autoimun atau baru saja menerima transplantasi organ tubuh.

Penyakit ini dapat diatasi dengan mengelola faktor risiko Anda. Diskusikanlah dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

 

2.     Tanda dan gejala penyakit infeksi

Hampir seluruh jenis infeksi dapat menimbulkan gejala serupa. Beberapa gejala yang umum muncul akibat penyakit infeksi antara lain:

  • Batuk dan bersin
  • Demam
  • Peradangan
  • Muntah
  • Diare
  • Nyeri otot
  • Kelelahan
  • Kram

Gejala-gejala di atas muncul karena tubuh sedang berupaya untuk membasmi mikroorganisme yang menginfeksi.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, konsultasikanlah pada dokter.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami hal-hal berikut:

  • Gejala-gejala muncul setelah Anda digigit hewan tertentu
  • Mengalami masalah pernapasan
  • Batuk-batuk lebih dari seminggu
  • Sakit kepala parah disertai demam
  • Ruam atau pembengkakan pada kulit
  • Demam tinggi tanpa sebab dan tak kunjung menurun
  • Mengalami gangguan penglihatan mendadak

Tubuh setiap orang bereaksi dengan cara berbeda. Bisa jadi gejala yang muncul pada satu orang dengan orang lainnya ketika terkena penyakit infeksi berbeda. Selalu lebih baik untuk mendiskusikan dengan dokter mengenai solusi dari kondisi kesehatan yang Anda alami.

3.     Penyebab penyakit infeksi

Seperti yang telah dipaparkan di atas, infeksi bisa disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, serta jamur.

Berikut adalah cara bagaimana seseorang bisa terinfeksi mikroorganisme, berdasarkan penjelasan dari Mayo Clinic:

a.     Kontak langsung

Salah satu cara termudah untuk terkena infeksi adalah kontak fisik secara langsung dengan orang atau hewan yang juga terinfeksi. Biasanya, penularan dengan kontak fisik terjadi melalui cara-cara berikut:

·       Bersalaman

  • Bersentuhan
  • Menghirup droplet (percikan liur) dari pasien yang bersin atau batuk
  • Melakukan hubungan seksual
  • Dicakar hewan, misalnya anjing atau kucing
  • Melalui proses persalinan (ibu ke bayinya)

b.     Kontak tidak langsung

Selain secara langsung, Anda juga bisa tertular penyakit infeksi melalui kontak tidak langsung. Misalnya, menyentuh benda mati, seperti gagang pintu atau permukaan meja yang terkontaminasi.

Orang yang menderita infeksi secara tidak sadar meninggalkan jejak bakteri atau virus di atas permukaan benda mati yang disentuhnya. Jika Anda menyentuh benda tersebut, Anda bisa terinfeksi ketika Anda lupa mencuci tangan dan menyentuh hidung, mata, atau mulut Anda.

·       Gigitan serangga

Gigitan serangga, seperti nyamuk, lalat, atau kutu, juga bisa menyebabkan penyakit infeksi. Beberapa jenis serangga dapat menjadi vektor, alias pembawa mikroorganisme dari manusia lain yang mengidap penyakit.

Gigitan nyamuk Aedes aegypti adalah salah satu contoh penularan virus demam berdarah dengue lewat gigitan serangga, serta nyamuk Anopheles yang membawa parasit malaria.

·       Makanan yang terkontaminasi

Anda juga bisa terserang penyakit infeksi dari makanan atau air yang terkontaminasi bakteri, virus, jamur, atau parasit. Salah satu jenis bakteri yang paling sering ditularkan dari makanan adalah Escherichia coli, yang banyak ditemukan di daging kurang matang.

4.     Faktor-faktor risiko penyakit infeksi

Ada banyak faktor yang bisa meningkatkan risiko Anda untuk terkena penyakit infeksi, seperti:

  • Mengonsumsi obat-obatan steroid
  • Mengonsumsi obat-obatan yang memengaruhi sistem imun tubuh, seperti obat untuk pasien penerima transplantasi organ
  • Mengidap penyakit autoimun, seperti HIV/AIDS
  • Menderita kanker atau penyakit jenis tertentu yang mengganggu kerja sistem imun tubuh Anda
  • Bepergian ke daerah dengan suatu wabah penyakit infeksi, misalnya wilayah dengan kasus malaria yang tinggi
  • Melakukan kontak langsung atau tidak langsung dengan seseorang yang sakit

·       Diagnosis dan pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.

Bagaimana mendiagnosis penyakit ini?

Jika Anda mulai merasakan gejala-gejala yang tak wajar, Anda harus segera berkonsultasi pada dokter. Terutama jika Anda termasuk dalam golongan orang-orang berisiko terkena infeksi.

Dalam beberapa kasus, sulit untuk menentukan penyebab tepat dari infeksi karena banyak penyakit yang bisa disebabkan oleh beberapa jenis mikroorganisme. Pneumonia dan meningitis adalah contoh penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri ataupun virus.

Namun, sering kali dokter dapat menentukan penyebabnya melalui riwayat medis dan pemeriksaan fisik.

Selain dengan pemeriksaan fisik, Anda mungkin perlu menjalani pemeriksaan tambahan seperti:

  • Tes darah
  • Tes urine
  • Swab tenggorokan
  • Tes sampel feses
  • Pungsi lumbar atau spinal tap
  • Tes pengambilan gambar (rontgen, CT scan, atau MRI)
  • Biopsi

Bagaimana cara mengobati penyakit infeksi?

Pengobatan akan bergantung pada apa jenis mikroorganisme yang menginfeksi tubuh Anda. Berikut adalah beberapa pilihan pengobatan yang umum diberikan:

c.     Antibiotik

Untuk penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, dokter biasanya akan meresepkan obat antibiotik. Obat ini akan membunuh atau menghambat perkembangbiakan bakteri.

Namun, karena resistensi (kebal) antibiotik merupakan suatu masalah yang semakin berkembang, antibiotik mungkin akan diresepkan hanya untuk infeksi bakteri yang serius. Antibiotik tidak akan berguna untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh virus.

d.     Antivirus

Obat-obatan antivirus dikhususkan untuk penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus. Antivirus tidak dapat digunakan untuk menyembuhkan infeksi bakteri. Begitu juga sebaliknya, antibiotik hanya bisa menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan bakteri.

Namun, pada kebanyakan kasus ringan, pengobatan infeksi virus hanya berfokus untuk mengatasi gejala, seperti konsumsi madu untuk meredakan batuk dan cairan hangat, serta penggunaan paracetamol untuk meredakan demam.

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus juga berfokus pada peningkatan daya tahan tubuh pasien, agar mampu melawan virus yang menginfeksi.

e.     Anti jamur

Pada kasus infeksi akibat jamur, Anda akan diberikan obat-obatan antijamur.

Tergantung pada jenis penyakitnya, obat antijamur biasanya tersedia dalam bentuk topikal, oral, dan suntikan.

f.      Antiparasit

Obat antiparasit dikhususkan untuk Anda yang mengidap penyakit infeksi akibat parasit. Jenis obat pun akan berbeda-beda, tergantung pada tipe parasit yang ada di dalam tubuh.

Berikut adalah jenis-jenis obat antiparasit:

  • Antiprotozoa (untuk malaria, giardiasis, dan toksoplasmosis)
  • Antelmintik (untuk cacingan)
  • Ektoparasitisida (untuk infeksi akibat kutu)

5.     Pencegahan penyakit infeksi

Berikut ini adalah beberapa gaya hidup dan pengobatan yang dapat Anda lakukan di rumah untuk membantu Anda mencegah penyakit infeksi yang Anda miliki:

  • Cuci tangan secara menyeluruh (sering kali merupakan cara terbaik untuk menghindari terkena pilek)
  • Hindari menyentuh wajah (khususnya hidung, mata, dan mulut) terlalu sering dengan tangan yang kotor.
  • Makanan harus dimasak atau didinginkan secepat mungkin.
  • Sayuran dan daging harus disimpan secara terpisah dan dipersiapkan di papan pemotong yang berbeda.
  • Daging sebaiknya disajikan dengan matang.
  • Ingatlah bahwa makanan yang mengandung mikroorganisme berbahaya tidak selalu berbau busuk. Penting untuk tetap waspada.
  • Beberapa organisme mati sewaktu makanan dimasak, tetapi mereka masih dapat meninggalkan zat-zat beracun yang dapat menyebabkan diare dan muntah.
  • Menggunakan kondom dalam hubungan seks penting untuk mengurangi kemungkinan penularan penyakit menular seksual.

D.    Penyakit Infeksi Pada Mata,kulit,Sistem Saraf,Kardiovaskuler,system limfatik,Sistem Respirasi,Sistem Pencernaan,Sistem Urinaria dan Sistem Reproduksi

1.     Infeksi pada mata : Konjungtivitas, keratitis, dakrioadnitis, blefaritis.

2.     Infeksi pada kulit : Impetigo, kusta, selulitis , kutu air, kudis.

3.     Infeksi sistem saraf : Meningitis bakteri dan meningitis jamur.

4.     Infeksi kardiovaskular : Endokarditis

5.     Infeksi sistem limfatik : Lymphedema

6.     Infeksi sistem respirasi : Batuk, sakit tenggorokan, pilek dan bersin-bersin.

7.     Infeksi sistem pencernaan : Diare, gerd, usus buntu

8.     Infeksi sistem urinaria : Infeksi saluran kemih, batu saluran kemih, inkontenesia urine, urethritis , gagal ginjal.

9.     Infeksi sistem reproduksi : Chlamydia, gonore , HIV

E.    Sumber Infeksi Pada Manusia

Infeksi merupakan proses invasi dan multiplikasi berbagai mikroorganisme ke dalam tubuh (seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit), yang saat dalam keadaan normal, mikroorganisme tersebut tidak terdapat di dalam tubuh. Menurut Wikipedia, Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat paling membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.

Stadium infektif dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara, diantaranya adalah :

1.     Kontaminasi makanan dan minuman

Makanan yang mengandung stadium infektif, yaitu stadium parasit yang dapat menginfeksi manusia; arthropoda penghisap darah; binatang, baik peliharaan ataupun binatang buas; tumbuhan air; dari manusia lain (dari seseorang ke orang lain) atau dapat berasal dari diri sendiri. 

Tanah yang dikotori tinja manusia terutama sekali dapat bertindak sebagai sumber infeksi dari beberapa jenis cacing, yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale), Stongyloides stercoralis. Air dapat berisi kista amoeba, flagelata usus, telur Taenia solium, dan stadium cercaria trematoda darah. 

                                                

2.     Kontaminasi kulit atau selaput lendir

Ikan air tawar dapat mengandung larva Diphyllootrium latum, beberapa trematoda usus dan hati; sedangkan ketam dan udang batu dapat mengandung trematoda paru - paru (Paragonimus westermani). Daging babi dapat mengandung larva Trichinella spiralis dan Taenia solium; tumbuhan air dari spesies Trap spp. mengandung Fasciolopsis buski dan slada air (Nasturtium officinale) mengandung Fasciola hepatica.


3. Gigitan serangga

Arthropoda penghisap darah menyebarkan parasit - parasit malaria (Plasmodium sp.), LeismaniaTrypanosoma, Filaria. Sedangkan anjing dapat merupakan sumber penularan dari larva Echinococcus granulosus (kista hydatid) juga untuk larva migrans viscerale yang disebabkan Toxocara canis. Herbivora dapat merupakan sumber infeksi dari Trichostrongylus spp.

Manusia lain dapat menjadi sumber infeksi bagi amoeba patogen (Entamoeba histolytica), Enterobius vermicularis dan Hymenolepis nana. Autoinfeksi terjadi pada reinfeksi oleh Strongyloides stercoralis.

 

F.     Transmisi Penyakit Infeksi

 

Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit akan timbul jika patogen berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal.

Transmisi adalah penularan atau penyebaran penyakit. Setiap penyakit memiliki karakteristik transmisi berdasarkan sifat agen infeksi yang menyebabkannya. Biasanya setiap jenis agen infeksi disebabkan oleh satu atau beberapa organisme yang berbeda. Transmisi bisa bersifat langsung, tidak langsung, lewat udara, atau air. Tempat masuk bakteri patogen ke dalam tubuh yang paling sering adalah tempat bertemunya selaput lendir dengan kulit: saluran pernapasan (jalan napas atas dan bawah), gastrointesnital (terutama mulut), genital, dan saluran kemih.

Penyakit dapat menular sebagai akibat dari adanya interaksi agen, proses transmisi, dan penjamu. Beberapa faktor yang memengaruhi transmisi agen infeksius yakni:

a.     Faktor dari agen infeksius sendiri

Potensi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan penyakit tergantung beberapa faktor, antara lain: kecukupan jumlah organisme (dosis), virulensi atau kemampuan agen untuk bertahan hidup dalam tubuh host atau di luar tubuh host, kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam tubuh host, dan kerentanan tubuh host (daya tahan host).

b.     Sumber penular (reservoir)

Tempat di mana patogen dapat bertahan hidup tetapi belum tentu dapat berkembang biak. Meski begitu tetap ada peluang bagi agen infeksius melakukan transmisi dan menimbulkan infeksi pada makhluk hidup. Reservoir terdiri dari hewan dan manusia.

Contoh: Virus Hepatitis A bertahan hidup dalam kerang laut tetapi tidak dapat berkembang biak, Pseudomonas dapat bertahan hidup dan berkembang biak dalam reservoir nebulizer, serta berbagai mikroorganisme yang banyak hidup di kulit, di rongga, dalam cairan, dan cairan yang keluar dari tubuh.

c.     Penularan kontak secara langsung

Yaitu penularan melalui kontak fisik antara sumber dengan penjamu yang rentan atau individu ke individu. Contoh:

  • Kontaminasi dan luka

misal, infeksi luka rabies.

  • Inokulasi

misal, gigitan serangga, suntikan serum hepatitis.

  • Menelan makanan dan minuman yang terkontaminasi

misal, hepatitis A, poliomielitis, dan kolera.

  • Menghirup debu dan droplets

Misal, influenza dan tuberkulosis.

 

d.     Penularan kontak secara tidak langsung

Yaitu penularan melalui kontak penjamu yang rentan dengan benda mati yang terkontaminasi.  Misalnya, melalui jarum, benda tajam, lingkungan, udara (airbone), air, dan vektor (lalat, nyamuk).

e.     Kerentanan host (penjamu)

Dapat terkena infeksi tergantung pada keretanannya terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatandan jumlah mikroorganisme tersebut.

Penjamu yang rentan banyak ditemukan di tempat pelayanan kesehatan, mereka yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh meliputi anak kecil atau bayi, lanjut usia, orang dengan penyakit kronois, orang yang menerima terapi medis seperti kemoterapi, atau steroid dosis tinggi, orang dengan luka terbuka

Koefisien fenol adalah perbandingan ukuran keampuhan suatu bahan antimikrobial dibandingkan dengan fenol. Fenol dijadikan pembanding karena fenol sering digunakan untuk mematikan mikroorganisme.

Waktu untuk menguji antibiotika adalah 18-24 jam, sedangkan untuk mata tidak mungkin selama it. Oleh karena itu, digunakan waktu tertentu dengan metode kontak secara konvensional, waktu yang paling cepat adalah 2,5 menit, paling lama 15 menit. Kekuatan fenol untuk menguji desinfektan adalah tidak lebih besar dari 5%.

Pengawet adalah zat antimikroba yang digunakan untuk menurunkan kemampuan mikroba tumbuh di dalam sediaan obat. Terdapat berbagai tipe pengawet yaitu sintetik dan pengawet alami. Contoh pengawet sintetik yang sering digunakan dalam formulasi obat adalah paraben (metil paraben dan propil paraben).

Efikasi / efektivitas pengawet antimikroba dari sediaan farmasi harus ditetapkan dalam pengembangan obat. Sediaan farmasi seperti sediaan injeksi, tetes mata dan sirup diformulasi pada obat dengan penambahan penawet.

G.   Infeksi Nosokimal

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit. Seseorang dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika infeksinya didapat ketika berada atau menjalani perawatan di rumah sakit.

Infeksi nosokomial bisa terjadi pada pasien, perawat, dokter, serta pekerja atau pengunjung rumah sakit. Beberapa contoh penyakit yang dapat terjadi akibat infeksi nosokomial adalah infeksi aliran darah, pneumonia, infeksi saluran kemih (ISK), dan infeksi luka operasi (ILO).

 

1.     Penyebab Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial paling sering disebabkan oleh bakteri. Infeksi bakteri ini lebih berbahaya karena umumnya disebabkan oleh bakteri yang sudah kebal (resisten) terhadap antibiotik. Infeksi nosokomial akibat bakteri ini bisa terjadi pada pasien yang sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit atau pasien dengan sistem imun atau daya tahan tubuh yang lemah.

Selain bakteri, infeksi nosokomial juga dapat disebabkan oleh virus, jamur, dan parasit. Penularan infeksi nosokomial dapat terjadi lewat udara, air, atau kontak langsung dengan pasien yang ada di rumah sakit.

2.       Faktor risiko infeksi nosokomial

Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang yang berada di lingkungan rumah sakit untuk terkena infeksi nosokomial, antara lain:

  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya akibat HIV/AIDS atau menggunakan obat imunosupresan
  • Menderita koma, cedera berat, luka bakar, atau syok
  • Memiliki akses atau sering kontak dengan pasien yang sedang menderita penyakit menular, tanpa menggunakan alat pelindung diri yang sesuai standar operasional (SOP)
  • Mendapatkan perawatan lebih dari 3 hari atau dalam jangka panjang di ICU
  • Berusia di atas 70 tahun atau masih bayi
  • Memiliki riwayat mengonsumsi antibiotik dalam jangka panjang
  • Menggunakan alat bantu pernapasan, seperti ventilator
  • Menggunakan infus, kateter urine, dan tabung endotrakeal (ETT)
  • Menjalani operasi, seperti operasi jantung, operasi tulang, operasi penanaman peralatan medis (misalnya alat pacu jantung atau implan), atau operasi transplantasi organ

Selain faktor-faktor di atas, lingkungan rumah sakit yang padat, kegiatan memindahkan pasien dari satu unit ke unit yang lain, dan penempatan pasien sistem imun yang lemah dengan pasien yang menderita penyakit menular di ruangan yang sama, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi nosokomial.

3.       Gejala Infeksi Nosokomial

Gejala yang diderita oleh penderita infeksi nosokomial dapat bervariasi, tergantung penyakit infeksi yang terjadi. Gejala yang dapat muncul antara lain:

Selain gejala umum yang disebutkan di atas, gejala juga bisa timbul sesuai jenis infeksi nasokomial yang terjadi, seperti:

  • Infeksi aliran darah, dengan gejala berupa demam, menggigil, tekanan darah menurun, atau kemerahan dan nyeri pada tempat pemasangan infus bila infeksi terjadi melalui pemasangan infus
  • Pneumonia, dengan gejala berupa demam, sesak napas, dan batuk berdahak
  • Infeksi luka operasi, dengan gejala berupa demam, kemerahan, nyeri, dan keluarnya nanah pada luka
  • Infeksi saluran kemih, dengan gejala berupa demam, sakit saat buang air kecil, sulit buang air kecil, sakit perut bagian bawah atau punggung, dan terdapat darah pada urine

Gejala infeksi nosokomial dapat muncul pada beberapa rentang waktu berikut ini:

  • Sejak awal masuk rumah sakit hingga 48 jam setelahnya
  • Sejak keluar dari rumah sakit hingga 3 hari setelahnya
  • Sejak selesai operasi hingga 90 hari setelahnya

4.       Pengobatan Infeksi Nosokomial

Jika dicurigai penyebab infeksi adalah bakteri, dokter akan memberikan antibiotik secara empiris. Terapi antibiotik secara empiris adalah pemberian antibiotik di awal, sebelum jenis bakteri penyebab infeksi diketahui dengan pasti.

Harapannya, antibiotik tersebut dapat mengontrol atau membunuh bakteri penyebab infeksi sambil menunggu hasil kultur keluar. Setelah hasil kultur keluar, pemberian antibiotik dan obat lain akan disesuaikan dengan jenis bakteri atau kuman yang menyebabkan infeksi nosokomial.

Jika infeksi nosokomial disebabkan oleh infeksi luka operasi atau ulkus dekubitus, akan dilakukan operasi debridement. Prosedur ini berguna untuk mengangkat jaringan yang terinfeksi dan rusak agar infeksi tidak menyebar.

Terapi suportif, seperti pemberian cairan, oksigen, atau obat untuk mengatasi gejala, akan diberikan sesuai kondisi dan kebutuhan pasien. Terapi suportif dilakukan untuk memastikan agar kondisi pasien tetap stabil.

Bila memungkinkan, seluruh alat yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi akan dicabut atau diganti.

5.       Komplikasi Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan berbagai komplikasi berupa:

6.       Pencegahan Infeksi Nosokomial

Langkah-langkah pencegahan infeksi nosokomial menjadi tanggung jawab seluruh orang yang berada di rumah sakit, termasuk petugas kesehatan, seperti dokter dan perawat, pasien, dan orang yang berkunjung. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi ini adalah:

a.     Cuci tangan

Penting bagi semua orang yang berada di rumah sakit untuk mencuci tangan dengan cara yang benar sesuai rekomendasi WHO. Ada 5 waktu wajib untuk cuci tangan saat berada di rumah sakit, yaitu:

  • Sebelum memegang pasien
  • Sebelum melakukan prosedur dan tindakan kepada pasien
  • Setelah terpapar dengan cairan tubuh (misalnya darah, urin, atau feses)
  • Setelah menyentuh pasien
  • Setelah menyentuh barang-barang di sekitar pasien

b.     Jaga kebersihan lingkungan rumah sakit

Lingkungan rumah sakit perlu dibersihkan dengan cairan pembersih atau disinfektan. Lantai rumah sakit perlu dibersihkan sebanyak 2–3 kali per hari, sementara dindingnya perlu dibersihkan setiap 2 minggu.

c.     Gunakan alat sesuai dengan prosedur

Tindakan medis dan penggunaan alat atau selang yang menempel pada tubuh, seperti infus, alat bantu napas, atau kateter urine, harus digunakan dan dipasang sesuai SOP (standar operasional prosedur) yang berlaku di tiap-tiap rumah sakit dan sarana kesehatan.

d.     Tempatkan pasien berisiko di ruang isolasi

Penempatan pasien harus sesuai dengan kondisi dan penyakit yang diderita. Contohnya, pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah atau pasien yang berpotensi untuk menularkan penyakit ke pasien lain akan ditempatkan di ruang isolasi.

e.     Gunakan APD (alat pelindung diri) sesuai SOP

Staf dan setiap orang yang terlibat dalam pelayanan di rumah sakit perlu menggunakan alat pelindung diri sesuai SOP, seperti sarung tangan dan masker, saat melayani pasien.


 

KESIMPULAN

1.       Interaksi mikroba dengan inang yang lebih besar disebut dengan host.

2.       Interaksi antar mikroba dibagi menjadi 5 tipe : Netralisme, mutualisme, sinergisme, komensalisme dan antagonism

3.       Infeksi merupakan proses invasi dan multiplikasi berbagai mikroorganisme ke dalam tubuh (seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit), yang saat dalam keadaan normal, mikroorganisme tersebut tidak terdapat di dalam tubuh.

4.       Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : Infeksi Nosokomial - Gejala, penyebab dan mengobati - Alodokter (diakses pada tanggal 10 November 2021)

Sumber : infeksi nisokimal - Bing (diakses pada tanggal 10 November 2021)

Sumber : TRANSMISI AGEN INFEKSIUS – WAI MEDIA'S (wordpress.com) (diakses pada tanggal 10 November 2021)

Sumber : Parasitologi | Sumber Terjadinya Infeksi - Seri Edukasi Teknologi Laboratorium Medik | Info   Laboratorium Medik (infolabmed.com). (diakses pada tanggal 10 November 2021).

Posting Komentar

0 Komentar