DAUN
BANDOTAN
A.
LATAR BELAKANG
Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis
senyawa kimia serta beragam jenis sifat atau ciri-ciri yang dimilikinya yang
dimanfaatkan sebagai suatu tumbuhan obat. Dalam hal ini, manusia yang kemudia
memanfaatkan untung dikembangbiakan atau dibudidayakan sebagai suatu usaha atau
bisnis tumbuhan obat yang dapat mendatangkan banyak keuntungan serta memberikan
manfaat yang besar bagi masyarakat.
Taman bandotan (Agratum conyzoides L) yang lebih dikenal dengan nama
daerah babadotan (sunda), wesudan (jawa), rikut weru (Sulawesi), dan daun
rombak (sumatera) merupakan jenis tanaman obat-obatan yang telah lama
dimanfaatkan oleh masyarakat didunia dalam mengobati berbagai penyakit, seperti
influenza, demam, diare, rematik, luka bakar, dan iritasi lambung, telah terbekti
dapat disembuhkan dan dicegah dengan memanfaatkan sediaan tanaman. Dahulu
tanaman bandotan (Agratum conyzoides
L) lebih dikenal sebagai tanaman gulma seingga tanaman ini selalu diberantaskan
karena dianggap merugikan.
B.
TUJUAN
·
Untuk
mengetahui bagaimana cara pembuatan simplisia dari daun bandotan.
·
mengetahui
apa saja uji yang harus di perhatikan pada saat pembuatan simplisia dari daun
bandotan (Agratum
conyzoides L).
·
mengetahui bagaimana pemanfaat tanaman
bandotan dalam pengobatan.
C.
TEORI.
Klasifikasi Tanaman
Bandotan
Nama tanaman : Bandotan
Nama ilmiah : Agratum conyzoides L
Kingdom : Plantae
Devisi :
Spertamophyta
Sun devisi :
angiospemae
Ordo :
Asterales
Kelas :
dicotyledoneae
Family :
asteraceae
Genus :
ageratum
Spesies : Agratum conyzoides L
Tanaman
bandotan (Agratum
conyzoides L) tergolong kedalam tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau
bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30-90 cm, dan bercabang. Batang
bulat berambut panjang, jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daun
bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang, helaian daun bulat telur
dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10 cm,
lebar 0,5-6 cm. kedua permukaan berambut panjang dengan kelenjar yang terletak
dipermukaan bawah daun, warna hijau. Bungan majemuk berkumpul 3 atau lebih
warnanya putih.habitat dan budidaya bandotan dapat diperbanyak dengan biji,
bandotan berasal dari amerika tropis.diindonesia merupakan tanaman liardan
lebih dikenal sebagai tumbuhan pengganggu dikebun dan diladang.
Tanaman bandotan sejak dahulu telah digunakan
secara luas dalam pengobatan tradisional oleh masyarakat diberbagai belahan
dunia, terutama pada negara-negara beriklim tropis dan subtropis. Keseluruhan
tumbuhan ini dapat dijadikan obat, mulai dari akar hingga bagian diatas tanah
(herba). Herba mempunya rasa sedikit phit dan pedas. Bandotan berkhasiat
sebagai stimulant untukmengobati flu, demam, antidisentri diare, rematik,
tonik, pereda demam, menghilangkan pembekakan, menghentikan pendarahan, peluruh
haid, peluruh kencing.
Banyak
senyawa metabolit sekunder yang tergantung dalam daun bandotan menyebabkan
tanaman ini memiliki banyak sekali manfaat. Beberapa penelitian hingga tanaman
ini memiliki banyak sekali manfaatnya. Ada beberapa peneliti hingga saat ini
telah berhasil mengembangkan pemanfaatan tanaman bandotan, diantaranya sebagai
insektisida alami, bilarvasida, antimalarial, antijamur, dan sebagai
antibakteri. Beberapa senyawa metabolit sekunder lain yang pernah
diidentifikasikan terdapat pada tanaman bandotan yaitu senyawa heksametoksiflavon,
β-sitosterol, dan stigmasterol.
Dengan
kandungan kimia didalamnya, bandotan terutama bagian daunnyabisa kita
manfaatkan untuk mengatasi berbagai gangguan pada ubuh, baik yang disebabkan
oleh penyakit ataupun masalah lainnya. Berikut manfaat bandotan dalam dunia
pengobatan adalah:
·
sebagai
obat herbal untuk bisul dan borok.
·
Mengatasi
rematik dan bengkak akibat keseleo.
·
Mengatasi
peradangan pada telinga.
·
Penghentikan
pendarahan pada bagian kulit yang luka.
·
Mengobati
sariawan, dan pendarahan pada Rahim.
·
Mengatasi
sakit pada tenggorokan akibat radang.
·
Mengobati
penyakit malaria dan flu.
·
Mengatasi
perut kembung, mulas dan muntah.
D.
METODE PRATIKUM
Alat :
·
plat
tetes
·
tabung
reaksi
·
gelas
ukur 50ml
·
beaker
glass 600 ml
·
erlemeyer
100 ml
·
krus
porselen
·
mikroskop
Bahan :
·
NaOH
5%
·
H2SO4
10 N
·
KI
·
H2So4
p
·
HCL
P
·
KOH
5%
·
Pb.
Asetat
·
NH4OH
25%
·
FeCI
5%
·
Kloral
hydras
Cara kerja :
Cabang
pucuk dengan daun-daunnya dapat langsung di jemur atau sebelum daun-daun pada
cabang pucuk diperik dahulu, baru kemudian di jemur. Lama penjemuran 2-3 hari
pada hsri yang cerah. Rendemen daun kering adalah 30% dari daun segar.
Daun
dibersihkan dari benda asing (akar-akar), kemudian timbang dan keringkan. Daun
kering ditimbang dan sebagian haluskan sehingga didapar daun utuh dan bubuk
daun.
E.
HASIL
IDENTIFIKASI
A. Rendemen
Daun Kering (%) :
Berat Daun Kering × 1005 / Berat Daun
Segar
= 25 g / 145,9 g × 100%
= 0,17 %
B. Pemberian
Warna :
Hijau Kekuningan
Bau :
Aromatik, Khas
Bentuk : Serbuk
E. Identifikasi
perubahan warna
a. Asam Asetat,
warna yang terjadi Hijau Kekuning
kuningan
b. HCL Pekat ,
Warna yang terjadi Hijau Kemerahan
F. Susut
Pengeringan
Berat Konstan setelah susut
pengeringan 1,0263 g
F.
PEMBAHASAN
Pada
percobaan ini, dilakukan pemeriksaan mutu simplisia (Organoleptis, Makroskopik,Mikroskopik)
dan Identifikasi kandungan kimia. Untuk organoleptis, yaitu pemeriksaan warna,
bau, dan rasa dari simplisia,yang dimana tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides
L. ) memiliki warna hijau kekuningan , bau khas, dan berbentuk serbuk.
Makroskopik,
yakni memuat paparan mengenai bentuk dari simplisia,ukuran, warna serta bidang
patahannya. Bandotan (Ageratum conyzoides L.) memiliki helaian daun berwarna
hijau, berbentuk bundar telur, ujung daunruncing, pangkal daun tumpul, pinggir
daun beringgit, ulang daun pada permukaan atas dan bawah berambut, daun muda
agak berambut rapat,warna rambut keputih-putihan, tulang daun menyirip.
Mikroskopik,
yakni memuat paparan anatomis, penampang melintang simplisia, fragmen pengenal
bentuk simplisia. Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis
atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk segi empat, kutikula tebal
berbintik-bintik, stomata lebih banyak dari pada epidermis atas, rambut penutup
terdiri 2 sel sampai 5 sel, lebih banyak dari epidermis atas. Mesofil meliputi
jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel terdapat sel sekresi dan sel yang
berisi tetes minyak. Berkas pembuluh tipekolateral. Pada sayatan paradermal
tampak epidermis atas dan epidermis bawah berbentuk tidak beraturan, dinding
bergelombang, stomata tipeanomisitik.
G.
KANDUNGAN
KIMIA
Kandungan
Kimia Tumbuhan Bandotan ( Ageratumconyzoides L.) Herba Bandotan mengandung asam
amino organacid,pectic substance, minyak atsiri, kumarin, ageratochromene, friedelin,
β -sitosterol, stigmasterol, tanin, sulfur, dan potasiumklorida. Akar
mengandung minyak atsiri, alkaloid, dan kumarin
H.
KEGUNAAN
TUMBUHAN BANDOTAN
Kegunaan
Tumbuhan Bandotan ( Ageratum conyzoides L.) Khasiat Bandotan adalah sebagai
stimulan, tonik, pereda demam (antipiretik), antitoksik, menghilangkan pembengkakan,
menghentikan perdarahan (hemostatis), peluruh haid (emenagog), peluruh kencing
(diuretik), dan peluruh kentut (kaiminatit), mengobati malaria, sakit tenggorokan,
radang paru (pneumonia), radang telinga tengah, diare, disentri, mulas, muntah,
perut kembung, keseleo, pegal linu. Daun Bandotan dapat digunakan pula sebagai
insektisida nabati. Akarnya berkhasiat untuk mengatasi demam. Herba Bandotan
ini berasa sedikit pahit, pedas, dan bersifat netral. Setelah melakukan
penelitian didapatkan fakta bahwa didaerah Sulawesi khususnya di daerah
Parepare tumbuhan Bandotan ini digunakan sebagai obat luka dan di daerah lain punya
itu di Bogor memanfaatkan tumbuhan ini sebagai obat luka pula.
Daftar
Pustaka
·
Ketaren,S.,1986,
Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Penerbit Universitas Indonesia (UI
press), Jakarta.
·
Sarwono,
B., 2000, membuat Tempe dan Oncom, Penebar Swadaya, Jakarta.
·
Setiaji, B dan Surip Prayugo, 2006, membuat VCO Berkualitas Tinggi, Penebar
Swadana, Jakarta.
·
Suhardiyono, L,1993, Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya, Kanisius
yogyakarta.
·
Purbasari,K dan
Sumadji,AR.2018.Studi
variasi ubi jalar (ipomoea batatas l) berdasarkan karakter morfologi di
kabupaten ngawi.Jurnal Biologi dan Pembelajaran.5(2);
·
Gunawan,D.,Mulyani,S.2004.Ilmu
Obat Alam (Farmakognosi) jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya
·
Poedjiadi.2009.Dasar-dasarBiokimia.Jakarta:Universitas
Indonesia Press
·
Anonimb. 2000. Pengolahan
Hasil Pertanian. www.wikipedia.com. Diakses pada 10 Juli 2000.
·
Departemen Kesehatan RI.
2004. Kajian Potensi Tanaman Obat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi
dan obat Tradisional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
·
Gunawan, Didik dan Sri
mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Penerbit Swadaya.
Jakarta.
0 Komentar