PEMBUATAN SIMPLISIA DAUN
JAMBU BIJI
I.
TUJUAN
Ø
Agar mahasiswa dapat
mengidentifikasi simplisia tunggal yang diberikan untuk diamati secara
makroskopik dan mikroskopik.
II.
TEORI
DASAR
1.
Teori
1. Jambu biji termasuk buah komersial karena sudah sangat
dikenal oleh masyarakat. Jambu biji ditanam hampir di
seluruh wilayah Nusantara. Namun masyarakat Indonesia masih sedikit yang menanam jambu biji
secara intensif sehingga produksi jambu biji berkualitas
rendah dan harganya pun menjadi rendah. Padahal, jambu biji merupakan salah satu
komoditas buah yang memiliki pasaran prospektif, baik untuk pasaran di dalam
negeri maupun pasaran di luar negeri (Cahyono, 2010). Jambu biji (Psidium
guajava L.) merupakan tanaman yang berbuah sepanjang tahun. Apabila
dibudidayakan secara komersial,
tanaman
jambu biji dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pada setiap rantai
agribisnisnya sekaligus meningkatkan pendapatan negara.
Jambu biji (Psidium guajava L.) sangat
disukai banyak orang karena rasa buahnya yang manis dan menyegarkan serta kandungannya yang beragam.
Pengumpulan informasi keragaman dilakukan melalui
kegiatan
pengkayaan
seperti eksplorasi. Dengan kegiatan ini peluang munculnya potensi
genetik yang diinginkan dapat tersedia (Puslitbanbun,
2007). Oleh karena itu, perlu dilakukannya identifikasi terhadap suatu tanaman.
Karakterisasi terhadap koleksi (aksesi) yang dilakukan, bertujuan untuk
mendapatkan data sifat atau karakter morfologi agronomis (deskripsi morfologi dasar)
sehingga dapat dibedakan fenotip dari setiap aksesi dengan cepat dan mudah, dengan menduga
seberapa besar keragaman genetik yang dimiliki (Bermawie,
2005). Karateristik
morfologi tanaman Psidium guajava L dapat dilihat berdasarkan ciri generatifnya yang berguna untuk
mendapatkan deskripsi dan klasifikasi tanaman jahe sehingga dapat mempermudah dalam
menentukan varietas tanaman jambu biji tersebut. Menurut SK. Menteri Pertanian Nomor :
700/Kpts/OT.320/D/12/2011 menyatakan bahwa deskripsi
varietas merupakan kumpulan karakter kuantitatif dan kualitatif yang disusun
menurut prosedur tertentu sehingga dapat mencirikan suatu varietas. Tanaman jambu biji memiliki habitus berupa semak atau
perdu, dengan tinggi pohon dapat mencapai 9 meter (Nakasone dan Paull 1998).
Tanaman jambu biji memiliki batang muda berbentuk segiempat, sedangkan
batang tua berkayu keras berbentuk gilig dengan warna cokelat. Permukaan batang
licin dengan lapisan kulit yang tipis dan mudah terkelupas. Bila kulitnya dikelupas
akan terlihat bagian dalam batang
yang berwarna hijau. Arah tumbuh batang tegak lurus dengan percabangan simpodial.
Daun
pada tanaman jambu biji memiliki struktur daun tunggal dan mengeluarkan aroma
yang khas jika diremas. Kedudukan daunnya bersilangan dengan letak daun
berhadapan dan pertulangan daun menyirip. Terdapat beberapa bentuk daun pada
tanaman jambu biji, yaitu: bentuk daun lonjong, jorong, dan bundar telur
terbalik. Bentuk daun yang paling dominan adalah bentuk daun lonjong. Perbedaan
pada bentuk daun dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan factor lingkungan
(Tsukaya 2005).
2. Klasifikasi
Klasifikasi Jambu
Biji:
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Sub Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium Guajava L.
3. Manfaat
Daun Jambu Biji
3. Daun jambu biji diduga juga memiliki
manfaat kesehatan yang hampir sama dengan isi buahnya. Berikut beberapa manfaat
dari daun jambu biji:
·
Mengandung antioksidan
Tidak hanya buah
jambu biji yang mengandung antioksidan, tapi daun jambu biji juga memiliki
antioksidan yang dapat mencegah efek berbahaya dari proses oksidasi, yaitu
pelepasan molekul radikal bebas. Kita
sering mengalami paparan radikal bebas dalam kegiatan sehari-hari, misalnya
akibat polusi, obat-obatan, bahkan jenis makanan tertentu. Radikal bebas dapat
memicu gangguan kesehatan, seperti penyempitan dan pengerasan pembuluh darah (ateroklerosis),
kanker, penyakit Alzheimer, dan beberapa jenis artritis.
·
Meringankan kram perut
saat haid
Nyeri haid
biasanya dirasakan pada perut bagian bawah. Untuk sebagian wanita, nyeri haid
bisa sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Kram perut yang terjadi sebelum
atau saat haid (dysmenorrhea) diduga dapat diatasi dengan ekstrak daun
jambu biji yang mengandung 6 miligram flavonoid per hari.
·
Memperbaiki kondisi
penderita prediabetes dan diabetes
Prediabetes yaitu
kondisi ketika tingkat gula darah lebih tinggi dari kadar normal, namun belum
termasuk kategori diabetes. Pradiabetes kemungkinan akan berkembang menjadi
diabetes dalam waktu kurang dari 10 tahun jika tidak diatasi.
Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa manfaat daun jambu biji yang diolah menjadi teh, dapat
menurunkan kadar gula darah yang tinggi, khususnya pada penderita prediabetes
dan diabetes. Namun hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai
efektivitas dan keamanannya.
4. Cara
Pembuatan Simplisia
4.
Simplisia adalah bahan alam
yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga,
kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Panitia
Farmakope,1979) Cara pembuatan simplisia adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan/panen
Waktu yang tepat
adalah pada saat bagian tanaman tersebut mengandung zat aktif dalam jumlah yang
terbesar. Pengumpulan/panen pada daun jambu biji saat fotosintesis berlangsung
maksimal.
b. Sortasi
awal/sortasi basah
Sortasi basah
dilakukan untuk memisahkan pengotor sebelum dilakukan tahapan pencucian. pengotor
luar dapat berupa tanah, kerikil, maupun tumbuhan lain yang menempel pada
tanaman
c. Pencucian
Bertujuan untuk
menghilangkan tanah atau pengotor lain yang tersisa setelah sortasi basah.
pencucian dilakukan menggunakan air bersih dapat berupa air dari mata air, air
sumur, atau air PAM. Air yang dimaksud disini yaitu air yang bebas dari
mikroba.
d. Perajangan
Perajangan pada
bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur
dalam keadaan utuh selama1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau,
dengan alat mesin perajang khusus.
e. Pengeringan
Perngeringan
bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan
dalam waktu yang lebih lama. Ada dua pengeringan alami: Dengan panas dari
cahaya matahari langsung dandengan cara dianginkan dan tidak kena cahaya
matahari langsung.(Dirjen POM,1985). Dengan mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.pada
daun jambu biji dilakukan pengeringan dengan cara pemanasan tidak dengan
matahari langsung selama 1 hari.
f. Sortasi
akhir/sortasi kering
Sortasi disini
bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing, seperti bagian-bagian tumbuhan
yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih ada atau tertinggal
pada simplisia kering. proses pemisahan ini dilakukan sebelum simplisia
dibungkus dan disimpan.
g. Pengemasan
dan penyimpanan
Cara pengemesan
simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan penggunaan pengemasan.
Bahan dan bentuk pengemasannya harus sesuai, dapat melindungi dari kemungkinan
kerusakan simplisia dan dengan memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk
keperluan pengangkutan maupun penyimpanannya. Wadah harus bersifat tidak
beracun dan tidak bereaksi (inert) dengan isinya sehingga tidak
menyebabkan terjadinya reaksi serta penyimpangan rasa, warna, bau dan
sebagainya pada simplisia. Selain itu wadah harus melindungi simplisia dari
cemaran mikroba, kotoran, serangga serta mempertahankan senyawa aktif yang
mudah menguap atau mencegah pengaruh sinar, masuknya uap air dan gas-gas
lainnya yang dapat menurunkan mutu simplisia. Untuk simplisia yang tidak tahan
terhadap sinar, misalnya yang banyak mengandung vitamin, pigmen atau minyak,
diperlukan wadah yang melindungi simplisa terhadap cahaya, misalnya aluminium
foil, plastic atau botol yang berwarna gelap, kaleng dan lain sebagainya.
Simplisia yang berasal dari akar, rimpang, umbi, kulit akar, kulit batang,
kayu, daun, herba, buah, biji dan bunga sebaiknya dikemas pada karung plastic.
Selama
penyimpanan kemungkinan bisa terjadi kerusakan pada simplisia, kerusakan
tersebut dapat mengakibatkan kemunduran mutu, sehingga simplisia yang
bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, pada penyimpanan
simplisia perlu diperhatikan hal yang dapat menyebabkan kerusakan pada
simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan pewadahan, persyaratan
gudang simplisia, carasortasi dan pemeriksaan mutu serta cara pengawetannya.
Penyebabutama pada kerusakan simplisia yang utama adalah air dan kelembaban. Untuk
dapat disimpan dalam waktu lama, simplisia harus dikeringkan terlebih dahulu
sampai kering, sehingga kandungan airnya tidak lagi dapat menyebabkan kerusakan
pada simplisia.
Cara
menyimpan simplisia dalam wadah yang kurang sesuai memungkinkan terjadinya
kerusakan pada simplisia karena dimakan kutu atau ngengat yang temasuk golongan
hewan serangga atau insekta. Berbagai jenis serangga yang dapat menimbulkan
kerusakan pada hampir semua jenis simplisia yang berasal dari tumbuhan dan
hewan, biasanya jenis serangga tertentu merusak jenis simplisia tertentu pula.
III.
Prosedur
Kerja
1.
Alat
dan Bahan
A.
Alat
a.
Pipet tetes
b.
Tabung reaksi
c.
Gelas ukur 50 ml
d.
Beaker glass 600 ml
e.
Erlemeyer 100 ml
f.
Krus porselen
g.
Tang krus
h.
Mikroskop
B.
Bahan
a.
NaOH 5 %
b.
H2SO4
10 N
c.
KI
d.
Asam asetat
e.
H2SO4 Pekat
f.
HCl Pekat
g.
KOH 5%
h.
Pb. Asetat
i.
NH4OH 25%
j.
FeCl3 5%
k.
Kloralhydras
C.
Cara
Kerja
Cabang
pucuk dengan daun-daunnya dapat langsung dijemur atau sebelum daun-daun pada
cabang pucuk dipetik lebih dahulu, baru kemudian dijemur. Lama penjemuran 2-3
hari pada hari yang cerah. Rendemen daun kering adalah 30% dari daun segar.
Penyiapan :
Daun dicuci, pisahkan dari benda asing
(akar-akar), kemudian timbang dan keringkan. Daun kering di timbang dan
Sebagian dihaluskan sehingga didapat : Daun utuh, dan Bubuk daun.
Uji dan Evaluasi
yang dilakukan :
1. Rendemen
daun kering (%)
2. Organoleptik
: Bau, Bentuk, Rasa, Warna
3. Makroskopik
(gambar)
4. Mikroskopik
5. Identifikasi
kelarutan : dalam tiap 2 mg simplisia
6. Susut
pengeringan
Keringkan botol
timbang selama 30 menit. Masukan 2 gram serbuk simplisia kering goyang
pelan-pelan sampai rata. Masukkan kedalam oven buka tutup botol, panaskan pada
temperature 100-1050C, timbang dan ulangi pemanasan sampai berat
konstan.
IV. Hasil dan Pembahasan
B.
Pembahasan
Jambu biji termasuk buah komersial karena sudah sangat
dikenal oleh masyarakat. Jambu biji ditanam hampir di
seluruh wilayah Nusantara. Dan pada
kesempatan kali ini kami mendapat tugas untuk pembuatan simplisia daun jambu
biji yang berupa serbuk hasil akhirnya. Dimana dalam ilmu kefarmasian
farmakognosi daun jambu biji sendiri digunakan untung mengatasi masalah
pencernaan. Pembuatan simplisia daun jambu biji membutuhkan daun jambu biji
basah sebesar 28,7 g dengan cara pemilihan daun yang baik dan berkualitas.
Setelah tahap pemanenan dan pensortiran yaitu tahap pencucian, dalam proses
ini, mencuci daun jambu biji dengan sebersih mungkin menggunakan air mengalir
yang dibilas sebanyak 3x lalu tiriskan.
Proses selanjutnya yaitu perajangan, dalam tahap ini
di rajang secara manual yaitu dengan cara merajang dimana satu daun menjadi 4-6
lembar potongan yang kemudian di jemur selama ±3 hari barulah, haluskan
menggunakan blender sehalus mungkin dan masuk wadah bersih dan kering.
Pembuatan simplsia daun jambu biji yang semula berat
basah sebanyak 28,7 g menjadi 19,6 g berat simplisia cacahan kering adalah
penyusutan simplisia yang terjadi karena penyusutan kadar air dalam simplisia
pada proses pengeringan sehingga simplisia terhindar dari mikroba yang
menyebabkan pembusukan dan hal lain yang tidak memungkinkan.
Hasil akhir yaitu 14,4 g serbuk yang kemungkinan
serbuk terbang ataupun menempel pada tempat lain. Simplisia ini akan diserahkan
pada dosen farmakognosi guna bahan pembelajaran lanjutan farmakognosi.
Hasil pengujian persyaratan simplisia daun jambu
biji, yaitu berat rendemen daun kering adalah 68,3%. Dan pemeriannya sama,
namun ada perbedaan pada Warna daun sebelum di keringkan dan sesudah
dikeringkan. Daun yang sebelum dikeringkan yaitu Hijau daun atau sedikit tua,
dan warna sesudah dikeringkan yaitu warna hijau yang sedikit memudar, hal ini
terjadi karena berkurangnya kadar air dan zat klorofil akibat proses
pengeringan. Setelah itu pengujian dilanjutkan dengan identifikasi makroskopik
dan mikroskopik. Kemudian, dilakukan pengujian terhadap beberapa bahan kimia
menggunakan 2 mg sampel serbuk daun jambu biji. Bahan kimia seperti HCl P, HCl
encer (6M), NaOH 5% b/V, dan KOH 5 % b/V, didapati hasilnya yaitu perubahan
warna pada sampel serbuk daun jambu biji
berturut-turut, warna hijau kekuningan, warna hijau kekuningan, coklat
kehitaman, dan coklat kehitaman. Dengan persentase susut pengeringan sebesar
90%.
Adapun
uji yang kami lakukan untuk mengetahui kualitas ataupun mutu dari daun jambu
biji yang kami buat adalah :
1. Remdemen
daun kering (%)
Berat
daun kering |
X |
100% |
= |
19,6
g |
X |
100% |
= |
68,3% |
Berat
daun segar |
28,7
g |
2. Pemerian
(sebelum pengeringan)
Bau :
Bau khas daun Jambu biji
Bentuk :
Daun
Rasa :
Pahit
Warna :
Hijau Daun
Pemerian (sesudah pengeringan)
Bau :
Bau khas daun jambu biji
Bentuk :
Daun
Rasa :
Agak Sepat
Warna :
Hijau Pudar
3. Identifikasi
: terhadap 2 mg sampel simplisia
Pereaksi (5 tetes) |
Warna yang diamati |
HCl P |
Hijau
Kekuningan |
HCl encer (6M) |
Hijau
Kekuningan |
NaOH 5% b/V |
Coklat
Kehitaman |
KOH 5 % b/V |
Coklat
Kehitaman |
4. Susut
Pengeringan
35,7 g - 33,9 g |
X |
100% |
= |
90% |
35,9 g - 33,9 g |
V.
Kesimpulan
Dari
praktikum yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa berat daun salam
segar yaitu 28,7 gram lalu setelah pengeringan, di dapatkanhasil seberat 19,6
gram. Dan di blender menjadi serbuk kemudian di ayak didapati hasilnya seberat 14,4
gram. Uji persyaratan simplisia yang dilakukan, pemerian daun sebelum dan
sesudah pengeringan terdapat perbedaan yatu pada warna daun. Daun sebelum di
lakukan pengeringan bewarna hijau daun atau sedikit tua, kemudian setelah
dilakukan pengeringan warnanya berubah menjadi hijau pudar. Dan pada uji
terhadap bahan kimia, seperti HCl P, HCl encer (6M), NaOH 5% b/V, dan KOH 5 %
b/V, didapati hasilnya yaitu perubahan warna pada sampel serbuk daun salam berturut-turut, warna hijau kekuningan, warna
hijau kekuningan, coklat kehitaman, dan coklat kehitaman. Dan hasil perhitungan
susut pengeringan sebesar 90%.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø
Ambarsari, I., Abdul, C.,
dan Syamsul Bhri, 2007a. Potensi Pengembangan Agroindustri Jambu Biji Merah di
Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah. Vol 5 no 1,
Juni 2007. Hal 31-40.
Ø
Cahyono B. 2010. Sukses
Budidaya Jambu Biji di Pekarangan dan Perkebunan. Yogyakarta (ID): Lily
Publisher.
Ø
Dirjen
POM. 1985.
Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Depkes RI
Ø
Panitia
Farmakope. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ke III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Ø
Nakasone HY, Paull RE.
1998. Tropical Fruits. Wallingford (GB): CAB International.
Diakses pada 25 Januari 2021
Pukul 22:26
Ø
https://www.alodokter.com/ambil-manfaat-daun-jambu-biji-tidak-hanya-buahnya.
Diakses pada 25 Januari 2021
Pukul 22:32
0 Komentar