1. PENGERTIAN THIBBUN NABAWI
Secara bahasa Thibbun Nabawi adalah
ilmu pengobatan kenabian, cara pengobatan menurut petunjuk dan teladan dari
Nabi Muhammad saw. Thibbun nabawi adalah konsep pengobatan/kedokteran Islam
yang sumbernya berdasarkan pada Alquran, Sunnah dan Atsar para sahabat dan lalu
dikembangkan oleh para ulama sesudahnya yang menggeluti dunia kedokteran. Ibnu
Qayyim al-Juziyyah menjelaskan dalam kitab-Nya Zaadul Ma’ad “Pengobatan cara
Rasulullah saw memiliki perbedaan dibanding dengan metode pengobatan lainnya.
Karena metode ini bersumber dari wahyu, petunjuk kenabian dan akal yang
sempurna, memiliki derajat kepastian yang meyakinkan disamping memilik nilai
ke-Ilahi-an.
Thibbun
Nabawi merupakan sistem pengobatan yang bersifat menyeluruh yakni mengobati
penyakit tidak hanya dari aspek fisik, tetapi juga dari aspek spiritual,
mental dan emosi, yang dikenal dengan istilah Total Helath Management.
Tujuannya adalah mengembalikan kekuatan fitrah agar tubuh dapat mengobati
dirinya sendiri (self healing) melalui proses kimiawi tubuh yang sangat
kompleks dengan anugerah sistem imunitas tubuh yang telah secara sempurna
diciptakan Allah swt di dalam tubuh manusia.
2 Konsep kekuatan fithrah
Konsep kekuatan fitrah (imunitas
tubuh) ditentukan oleh empat aspek yaitu spiritual, mental, emosi dan fisik.
Maka Thibbun nabawi mengarahkan penyembuhan dengan mengoptimalkan kepada
kempat aspek tersebut jika ada orang yang sakit. Keempat aspek ini saling
bersinergi untuk menghasilkan sistem penyembuhan secara sempurna. Jadi jika
ada orang yang sakit yang dibutuhkan bukan hanya pil, suntikan dan obatan
lainnya untuk mengobati fisiknya namun lebih dari itu.
Pertama, spiritual yang berkaitan
dengan hati, kalbu, kejiwaan dan perasaan yang senantiasa dekat kepada Allah
swt, yang segala penyakit bersumber dari-Nya dan Dia lah pula yang akan
memberikan obat penawar penyembuhnya. Orang sakit yang pasrah kepada Allah dan
berprasangka baik akan ketentuanNya, akan lebih mudah untuk disembuhkan.
Apabila spiritulitas orang sakit baik, maka imunitas tubuhnya akan baik dan
kuat. Kedua mental yang berkaitan dengan pikiran dan cara merespon dan berfikir
atas sakit yang dideritanya. Orang sakit yang berfikiran positif bahwa sakitnya
adalah bentuk kasih sayang dari Allah dan menguji akan kesabarannya, akan menstimulus
imunitas kekebalan tubuhnya. Hal ini tentu saja akan menjadikan penyakit akan
mudah ditaklukkan. Ketiga aspek emosi yang berkaitan dengan perasaan saat
musibah penyakit menimpa seseorang. Emosi juga berkaitan dengan pengendalian
hawa nafsu dan cara terbaik mengendalikan emosi adalah dengan banyak berzikir,
beribadah dan berpuasa. Dengan berzikir perasaan akan menjadi tenteram (Q.S.
ar-Ra’du: 28). Ketidakseimbangan emosi menjadi penyebab ketidakseimbangan
hormonal dalam tubuh yang menyebabkan rentan terhadap penyakit. Keempat
berkaitan dengan aspek fisik. Tubuh manusia disusun berdasarkan kepada
jaringan yang halus dan lembut. Penggunaan bahan kimia sintetis dan penumpukan
racun menjadikan tubuh menghadapi tekanan yang berat. Ini mengakibatkan
kerusakan organ tubuh dan memiliki efek samping merusak bagi kesempurnaan
jaringan dan sistem kekebalan tubuh. Sering kali, dengan penggunaan kimia
sintetis akan menyebabkan kerusakan organ tubuh lainnya. Hanya kehalusan dan
kelembutan herba dan semua yang alami sajalah yang sesuai dengan fisiologi
tubuh manusia, seperti yang disunnahkan Rasul menyembuhkan dengan madu,
habbassauda, minyak zaitun berbekam dan lain sebagainya.
3. Syarat Thibbun Nabawi
Konsep thibbun nabawi menekankan pada
tiga sumber utama yaitu ilahiah, alamiah dan ilmiah. Pengobatan ini dilandasi
keyakinan yang kuat bahwa pada hakekatnya penyembuhan yang sebenarnya adalah
berasal dari Allah swt serta ketepatan dan kemujaraban penawar (obat) sebagai
wasilah (perantara) nya. Keyakinan bahwa Allah lah yang menurunkan penyakit dia
juga yang menyediakan obat penawarnya. Allah swt berfirman dalam Q.S. Yunus ayat
57 : Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman. Di dalam ayat yang lain Q.S. An-Nahl ayat
69 Allah swt berfirman: “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan
dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang Telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah
itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat
obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”.
Di dalam Hadis, Rasulullah saw menyatakan: Berobatlah kamu, karena sesungguhnya
Allah swt yang menurunkan penyakit, Dia Allah swt yang menurunkan obatnya
(H.R. Ahmad). Dalam hadis yang lian, Rasulullah saw bersabda “Gunakanlah dua
penyembuh : “madu dan Alquran ( H.R. Ibnu Majah dan al-Hakim). Herbalis Muslim
melihat madu sebagai sumber alamiah sedangkan Alquran adalah sumber Ilahiah.
Konsep alamiah ialah menggunakan semua sumber alam yang ada di atas muka bumi
ini seperti tumbuh-tumbuhan, batu-batuan dan hewan-hewan. Sumber alamiah menggunakan
herba-herba yang terpilih menggunakan disiplin herba yang teratur. Sedangkan
sumber ilmiah dalam thibbun nabawi adalah syarat mutlak bahwa pengobatan
thibbun nabawi adalah pengobatannya masuk akal, saintifik dan dapat dicerna
sesuai dengan ilmu pengobatan modern saat ini. Bukan praktek pengobatan yang
mengada-ada.
4. Prinsip
dalam Thibbun Nabawi
Setidak nya Ada tujuh prinsip yang
menjadi landasan dalam thibbun nabawi yaitu keyakinan bahwa yang menyembuhkan
hanyalah Allah sehingga merawat pasien harus dilakukan dengan ihsan dan sesuai
syariat Islam; menggunakan obat halal dan thoyyib (baik) tidak menggunakan
obat yang haram dan tercampur dengan yang haram sesuai dengan firman Allah swt
dalam Q.S. al-Maidah ayat 88: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari
apa yang Allah Telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepada-Nya; tidak membawa dan mendatangkan mudharat (bahaya), tidak
berbau tahayyul, khurafat dan bid’ah, bersifat preventif -mencegah lebih baik
dari pada mengobati; mencari yang lebih baik dan terbaik berdasarkan kaedah
Islam dan ilmu-ilmu pengobatan dan mengambil sebab melalui ikhtiar (berusaha)
serta tawakkal (berserah diri kepada Allah) juga selalu mencari ikhtiar dengan
cara yang terbaik.
Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya
Allah swt telah menurunkan penyakit dan obat, da menjadikan untuk kamu bahwa
setiap penyakit ada obatnya. Oleh karena itu beribatah, tetapi jangan berobat
dengan yang haram. (H.R. Abu Daud). Semoga kita mulai memfokuskan diri dalam
mempelajari dan mengobati sesuai dengan prinsip thibbun nabawi.
Dia
mengutip pendapat Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fath Al-Bary, bahwa pengobatan Nabi SAW
diyakini dapat mendatangkan kesembuhan karena bersumber dari wahyu sedangkan
pengobatan lainnya, kebanyakan berdasarkan praduga dan
eksperimen. Reahanul menjelaskan, perlu diketahui bahwa pengobatan thibbun nabawi diperlukan
syarat-syarat yang harus terpenuhi. Hal ini sebagaimana dijelaskan para ulama,
sehingga menjadi konsep thibbun nabawi yang
benar.
Pertama, pengobatan ini harus dilakukan ahlinya,
yang berilmu dan sudah belajar. Pembelajaran yang dilakukan pun membutuhkan
waktu yang lama.
Kedua, dilakukan
orang yang sudah berpengalaman, sehingga tidak bijak mohon maaf, orang
melakukan praktik thibbun nabawi membuka
untuk umum hanya dengan mengikuti pelatihan 1-2 kali pelatihan saja. Sebagai
contoh, di Arab Saudi orang yang ingin membuka praktik bekam, maka dia harus
sekolah dua tahun terlebih dahulu, sehingga ilmunya pasti dan berpengalaman. “Selain
itu, praktiknya berada di bawah kendali atau pengawasan orang yang sudah
berpengalaman,” kata Ustadz yang juga alumni Ma'had Al-Ilmi Yogyakarta,
sebagaimana dikutip dari video resminya.
Ketiga, thibbun nabawi harus
sesuai dosis dan indikasinya. Contohnya, mengkonsumsi habatussauda dan madu,
ini harus ada dosis dan indikasi, bukan sekedar asal-asalan.
Keempat memiliki
kemampuan mendiagnosis penyakit, dapat membedakan berbagai macam penyakit, dan
ini perlu pengalaman dan belajar yang lama. Kemudian yang kelima atau terakhir, thibbun nabawi juga terkait
dengan keimanan. Untuk itu perlu keimanan yang mantap, dan kuat, agar thibbun
nabawi bisa terwujud dan bisa mengobati banyak orang.
2.2 PENGOBATAN THIBBUN NABAWI
Adapun jenis pengobatan dari Thibbun
Nabawi, beberapa diantaranya yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW adalah
pengobatan herbal (madu, habbatussauda [jintan hitam], kurma, minyak zaitun),
hijamah (bekam), gurah dan ruqyah.
0 Komentar